Nilai estetis pertunjukan
kesenian Sintren dapat dilihat dari sisi pemain (penari Sintren, Bodor, pawang,
sinden, pemusik) dan penonton dalam satu arena pertunjukan. Selain itu,
keindahan pertunjukan kesenian Sintren dapat dilihat dari penampilan penari Sintren
yang pada saat menari tidak sadarkan diri dan adegan yang menjadi keunggulan
dalam pertunjukan yaitu balangan, temoan, nunggang jaran dan mburu Bodor.
Keindahan yang lain dapat dilihat dari perlengkapan pertunjukan kesenian
Sintren, yaitu kurungan, sampur, jaranan dan sesaji. Masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana bentuk pertunjukan dan nilai estetis yang
terkandung dalam pertunjukan kesenian Sintren Retno Asih Budoyo. Tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk pertunjukan dan
menganalisis nilai estetis yang terkandung dalam pertunjukan kesenian Sintren
Retno Asih Budoyo. Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah
referensi tentang nilai estetis pertunjukan kesenian Sintren Retno Asih Budoyo
dan manfaat praktis penelitian ini adalah peneliti dapat menjalin hubungan yang
baik dengan paguyuban kesenian Sintren Retno Asih Budoyo. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif. Tahapan pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis pengumpulan data melalui
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data
yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber, teknik dan waktu. Hasil
penelitian nilai estetis pertunjukan kesenian Sintren Retno Asih Budoyo adalah
pertunjukan dilaksanakan dipelataran dan tidak ada batasan antara pemain dan
penonton. Penampilan kesenian Sintren terbagi menjadi tiga bagian yaitu awal
pertunjukan, inti pertunjukan dan akhir pertunjukan yang memiliki 10 adegan dan
15 ragam gerak. Pertunjukan dilengkapi oleh beberapa properti seperti kurungan,
sampur, jaranan dan sesaji. Nilai estetis pertunjukan dapat dilihat dari
adegan-adegan unggulan pertunjukan, yaitu adegan temoan dimana penari Sintren
membawa nampan berjalan kearah penonton untuk meminta sumbangan, balangan
dimana penonton membalang sampur yang berisi uang kepada penari Sintren dan
seketika Sintren pingsan, nunggang jaran dimana penari Sintren menaiki Bodor
yang berperan sebagai kuda, mburu Bodor dimana penari Sintren
menghalang-halangi Bodor yang hendak pergi meninggalkan penari Sintren.
Kesimpulan bahwa kesenian Sintren Retno Asih Budoyo memiliki keindahan yang
dapat menghibur masyarakat. Saran kepada masyarakat agar menanggap pertunjukan
kesenian Sintren agar kesenian Sintren tetap lestari.
Kesenian adalah hasil
budi daya manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan yang menimbulkan rasa
senang, bahagia, haru, nikmat, puas, bangga, dan kagum pada orang lain maupun
diri sendiri. Kesenian berkedudukan sebagai media komunikasi antar manusia,
antara manusia dan alam, sertamanusia dengan maha pencipta (Yudosaputrodalam
Jazuli 2011:127). Menurut Jazuli (2008: 71) kesenian tradisional tumbuh dan
berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi, karena kesenian tradisional
lahir dilingkungan kelompok suatu daerah.Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten
yang mempunyai berbagai jenis kesenian yang menyebar hingga ke pelosok
pedesaan, salah satunya di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja. Kesenian yang
berada di Desa Sidareja bermacam-macam, seperti kesenian Kenthongan, Rebana,
Ebeg, tari Pasca Banjir, dan Sintren.Kesenian Sintren merupakan kesenian rakyat
yang mengandung unsur magis yang bersumber dari cerita rakyat Sulasih
Sulandono. Pemeran utamanya dibawakan oleh seorang gadis yang berusia belasan
tahun. Kesenian tradisional Sintren tersebar di sepanjang pesisir utara Jawa
Tengah, yaitu Brebes dan Pekalongan, pantai selatan Jawa Tengah yaitu Cilacap
dan Jawa Barat bagian timur, yaitu Cirebon, Ciamis dan Indramayu.
Kesenian Sintren sudah
lama muncul dan berkembang di desa Sidareja. Munculnya kesenian Sintren di Desa
Sidareja, yaitu sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada roh nenek moyang dan
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. Ungkapan
rasa terima kasih dilakukan oleh masyarakat desa Sidareja secara rutin sehingga
menjadi kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus sampai sekarang.Kesenian
Sintren memiliki bentuk yang sederhana baik dalam garapan atau dalam
pertunjukannya. Jazuli (2008: 63) mengatakan bahwa tari rakyat mempunyai
ciri-ciri gerakannya tidak sukar dan pola lantai masih sederhana serta
gerakannya sering diulang-ulang. Sementara gerak yang ditarikan oleh penari
Sintren adalah gerak-gerak yang luwes, lembut serta lincah yang menggambarkan
kecantikan dari seorang gadis yang suci. Rias penari Sintren menggunakan jenis
rias korektif yang memiliki sifat mempertegas wajah penari, sehingga membuat
penari Sintren terlihat lebih cantik. Didukung oleh busana yang menarik yaitu
mekak(penutup badan) dengan bahan bludru yang diberi motif daun sulur, kemudian
dihiasi muteuntuk mempercantik mekak. Mekakyang dipakai oleh penari Sintren
berwarna hitam yang memiliki simbol kebijaksanaan dan kematanganjiwa seorang
penari yang dapat mempesona perasaan penonton.Saat menari, penari Sintren juga
menggunakan kacamata hitam yang berfungsi sebagai menutup mata. Kacamata yang
digunakan penari Sintren merupakan salah satu ciri khas kesenian Sintren yang
berfungsi untuk menambah daya tarik serta sebagai sarana untuk mempercantik
penampilan. Selama menari, penari Sintren selalu memejamkan mata akibat
kerasukan “in trance”.Hal ini
dikarenakan penari
Sintren kemasukan roh bidadari yang membuat penari Sintren tidaksadar diri
dalam menari.Iringan yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan Sintren adalah
gamelan berlaraskan Slendro dan Pelog. Jenis tembang yang biasa digunakan
sebagai iringan kesenian Sintren antara lain: a) “Turun Sintren” laras Slendro;
b) “Midodari Ngger-ngger” Laras Slendro; c) “Kembang Mawar” Laras Pelog; d)
“Kembang Alang-alang” Laras Pelog. Penari Sintren harus diperankan oleh seorang
gadis yang masih suci dan perawan. Roh bidadari tidak dapat masuk dalam tubuh penari
bila penari Sintren sudah tidak perawan. Sebelum pertunjukan, penari harus
melakukan ritual puasa selama tiga hari agar tubuh penari tetap dalam keadaan
suci. Penari Sintren menari dengan tidak sadarkan diri, karena tubuhnya
dirasuki oleh roh bidadari. Keunikan yang lain juga terdapat dalam adegan
kurungan Sintren, dimana penari yang belum menggunakan busana tari dan riasan
dimasukkan kedalam kurungan dengan Sintren sudah dalam keadaan cantik dengan
menggunakan busana tari yang sederhana. Kelengkapan busana yang dikenakan
menggambarkan kesiapan seoarang penari yang akan tampil diatas pentas.
Kehadiran seorang Bodor(penari laki-laki) juga melengkapi keindahan kesenian
Sintren. Sintren dan Bodormenari bersama mengikuti iringan yang dimainkan.
Bodordiperankan oleh anak laki-laki yang belum baligh (wawancara dengan Salamah
pada tanggal 4 April 2015).Kesenian Sintren memiliki daya tarik yang kuat yaitu
tentang keindahan gerak-gerak penari yang ditarikan secara spontan dan seirama
dengan iringan yang dimainkan. Kesenian tradisional Sintren mengungkapkan nilai
estetis yang
terwujud melalui
keluwesan, kelembutan dan kelincahan seorang gadis yang sedang mencari jati
dirinya. Nilai estetis kesenian Sintren juga dapat dinikmati dari keharmonisan
dan keselarasan antara gerak dan iringan. Dibalik keunikan dan keindahan,
kesenian Sintren juga berfungsi sebagai sarana upacara seperti ritual bersih
desa, tolak bala, pemberian nama pada bayi yang baru lahir dan upacara meminta
hujan. Seiring berjalannya waktu, kesenian Sintren juga berfungsi sebagai
sarana hiburan masyarakat. Kesenian Sintren sebagai sarana hiburanmasyarakat
dapat dijumpai diberbagai acara seperti acara pernikahan, khitanan,bahkan HUT
RI kemerdekaan. KesenianSintrenmasih bertahan hidup diDesa Sidareja Kecamatan
Sidareja Kabupaten Cilacap. Keberadaannya dapat dilihat dari sering
disajikannya pertunjukkan kesenian Sintren diberbagai acara. Selain itu, upaya
pelestarian kesenian Sintren dilakukan oleh berbagai pihak seperti masyarakat
dan pemerintah yang tergabung dalam sanggar budaya. Sanggar seni yang ikut
ambil bagian dalam melestarikan kesenian Sintren diantaranya: sanggar seni
Putri Mandiri pimpinan Ibu Salamah dan Paguyuban Kesenian Sintren Retno Asih
Budoyo pimpinan Ibu Warni.Kesenian Sintren Retno Asih Budoyo memilikidaya tarik
tersendiri bagi masyarakat Desa Sidareja karena kesenian Sintren Retno Asih
Budoyo memiliki keunikan dalam memilih peran penari Sintren. Penari Sintren
harus diperankan oleh seorang gadis yang masih suci. Keunikan lain tampak pada
adegan kurungan sintren, dan keindahan dalam gerak-gerak spontanitas yang
ditarikanoleh penari Sintren sesuai dengan iringan yang dimainkan sehingga
kesenian Sintren Retno
Asih Budoyo dicintai oleh
masyarakat Desa Sidareja. Keunikan-keunikan inilah yangmenjadikan penelitiingin
mengenal lebih dalam tentang kesenian Sintren dengan melakukan penelitian
dengan judul“Nilai Estetis Pertunjukan Kesenian Sintren Retno Asih Budoyo Desa
Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap”.
0 Komentar