Makna simbolik kesenian Sintren



Penelitian ini membahas  tentang Filsafat Nilai Pertunjukan Kesenian Sintren (Studi Kasus Sanggar Sintren Sekar Insani desa Babadan, Gunungjati, Kabupaten Cirebon). Cirebon adalah kota yang kaya akan kesenian dan budaya. Cirebon memiliki banyak kesenian dan budaya diantaranya yaitu sintren. Pola hidup merupakan bagian dari budaya yang terus berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Masyarakat berkewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikannya sehingga budaya masih bisa diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.  Tidak terlepas dari ciri khas yang dimiliki Cirebon sangat dominan dalam penyebaran ajaran Islam yang dilakukan oleh para walisongo yang kental akan ajaran tasawuf dan kesenian. Kesenian memudahkan masyarakat untuk dakwah ajaran agama Islam melalui pagelaran yang ditujukan untuk masyarakat umum dengan harapan selain masyarakat menikmati unsur hiburannya. Masyarakat juga dapat menangkap unsur didikan kesan pesan religi yang terdapat dalam pagelaran kesenian tersebut tidak lain yaitu untuk merubah masyarakat menjadi manusia yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pagelaran kesenian sintren dipentaskan di peringatan tertentu dan hari-hari besar saja sintren di pentaskan. Sanggar sintren Sekar Insani adalah salah satu sanggar yang masih aktif dalam melakukan pertunjukan Sintren, Penelitian ini menjadi menarik karena keunikaan dalam nilai filosofis yang ada dalam unsur-unsur pagelaran kesenian sintren. Sehingga untuk merumuskan masalah penelitian ini maka dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan berikut: Bagaimana falsafah nilai yang terdapat dalam pagelaran kesenian Sintren di Cirebon, (Studi Kasus Sanggar Sekar Insani di Desa Babadan,  Gunungjati kabupaten Cirebon)? 
        Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengidentifikasi falsafah nilai yang terdapat dalam kesenian Sintren, untuk menambah wawasan tentang kesenian dan kebudayaan terutama kesenian Sintren. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran penelitian ini observasi di lapangan dan wawancara sangat penting. Data yang berbentuk hasil wawancara yang diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada. 
Pertunjukan kesenian sintren memiliki nilai-nilai filosofis. Nilai-nilai filosofis tersebut ada dalam  unsur-unsur yang ada dalam pertunjukan kesenian sintren. Dalam pementasan kesenian sintren sangat banyak pesan-pesan yang terselubung yang mengandung nilai-nilai falsafah keagamaan, dapat dilihat pada saat pementasannya, gerakan tariannya, lagu-lagu yang dinyanyikan, alat musik yang digunakan semua itu mengandung unsur keagamaan agar penonton mudah menangkap pesan kesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukan kesenian sintren tersebut. Selain sebagai tontonan, pertunjukan kesenian sintren juga berfungsi sebagai tuntunan. Pesan-pesan simbolik di setiap adegannya mengandung didikan. 
Kesenian Sintren tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan zaman. Sebelumnya sintren digunakan sebagai media untuk mengusir para penjajah, pada zaman animisme dan dinamisme sintren digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan arwah para leluhur. Namun pada zaman perkembangan agama Islam di Cirebon Sintren digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam. Para wali menyebarkan agama Islam dengan memanfaatkan sarana kesenian sintren sebagai salah satu kesenian tradisional yang dijadikan media dakwah Islam di Cirebon dan sekitarnya.  Dalam pementasan keenian sintren sangat banyak pesan-pesan yang terselubung yang mengandung nilai-nilai falsafah keagamaan, dapat dilihat pada saat pementasannya, gerakan tariannya, lagu-lagu yang mengandung  dinyanyikan, alat musik yang digunakan semua itu mengandung unsur keagamaan agar penonton mudah menangkap pesan kesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukan kesenian sintren tersebut. Selain sebagai tontonan, pertunjukan kesenian sintren juga berfungsi sebagai tuntunan. Pesan-pesan simbolik di setiap adegannya mengandung didikan, terutama didikan untuk para generasi muda, membentuk karakter masyarakat dan sebagai salah satu bentuk dari pencerahan masyarakat. 
Pagelaran kesenian sintren sekarang ini jarang sekali dipentaskan, hanya di peringatan tertentu dan hari-hari besar saja sintren di pentaskan. Sanggar sintren Sekar Insani adalah salah satu sanggar yang masih aktif dalam melakukan pertunjukan Sintren, sering kali ikut berpartisipasi dalam mengisi acara-acara tertentu. Anggota sanggar sintren Sekar Insani yang mayoritas para pelajar sekolah menengah menjadikan sanggar sintren Sekar Insani sebagai wadah untuk mendidik para generasi muda agar lebih mencintai kesenian khas Cirebon ditengah pesatnya era globalisasi saat ini. Kesenian sintren merupakan kekayaan budaya yang bernilai luhur, yang merupakan media dakwah bagi sebagian kalangan. 
Makna Simbolis Pertunjukan Sintren di Desa Surajaya KacamatanPemalang Kabupten Pemalang.Skripsi, Prodi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: (1) Dr. Wahyu Lestari, M.Pd (2) Drs. R. Indriyanto, M.HumKata Kunci : Makna Simbolis, Bentuk Pertunjukan Sintren, Struktur Pertunjukan.Seni pertunjukan Sintren di Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang adalah sebuah kesenian rakyat berbentuk pertunjukan tariyang didalamnya memiliki beberapa makna simbol. Beberapa makna simbol terdapat pada struktur pertunjukan, meliputi pemain atau pelaku, perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan dan tembang, tata rias wajah, tata rias rambut dan tata busana serta penonton. Pokok masalah yang diajukan yaitu: 1). Bagaimana bentuk pertunjukan Sintren Suko Budoyo di Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang; 2). Bagaimana makna simbolis pertunjukan Sintren Suko Budoyo di Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi dan dokumentasi. Wujud data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi yang berkaitan dengan kesenian Sintren, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Adshead yang membagi proses analisis kedalam empat tahap yaitu: mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen pertunjukan, melakukan inerpretasi, dan melakukan evaluasai.Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan sintren diawali dengan penari sintren yang diikat tangannya oleh pawang kemudian dimasukan ke dalam kurungan. Penari sintren dapat berhias didalam kurungan sempit dalam keadaan tangan terikat dengan waktu yang singkat dan tak sadarkan diri. Setelah ditandai dengan bergetarnya kurungan, keluarlah sosok wanita cantik dari balik kurungan lengkap dengan kacamata hitam siap menari tanpa sadarkan diri (kesurupan). Makna simbolis pertunjukan sintren terdapat pada strukturpembentuk pertunjukan yang meliputi: 1) pemain atau pelaku yang memfokuskan pada penari sintren; 2) perlengkapan pertunjukan meliputi kurungan, kemenyan, sesaji, tali dan doa; 3) Gerak; 4) Iringan dan Tembang; 5) Tata rias wajah rambut dan tatarias busana; 6) Penonton yang mengikuti adegan temohan dan balangan. Saran yang ditujukan pada grup sintren Suko Budoyo adalah mengembangkan bentuk sajian pada musik kesenian sintren agar tidak membosankan dengan diselingi tembang campursari yang memiliki simbol kebahagiaan. Bagi masyarakat hendaknya berfikir baik karena kesenian Sintren bukan kesenian yang mengandung syirik melainkan kesenian Sintren sebagai simbol wujud pelestarian budaya. Bagi pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hendaknya lebih mengembangkan potensi kesenian daerah dengan mengadakan pentas budaya rutin disetiap tahunnya sebagai wujud apresiasi positif yang menjadi simbol kemajuan kesenian daerah di Kabupaten Pemalang

0 Komentar